Category Archives: Sejarah

Rumah Allah

“Hanyalah yang memakmurkan rumah-rumah Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk yang mendapat petunjuk.” QS At Taubah [9]:18

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari hadish yang shahih, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menyampaikan bahwa salah satu dari tanda kedatangan hari kiamat adalah munculnya Dajjal. Salah satu pesan Nabi mengenai Dajjal adalah: “Dajjal tidak akan pernah dapat memasuki Mekkah dan Madinah. Dajjal hanya sampai ke gunung Uhud dan dari sana ia melihat ke arah masjid-Ku dan berkata kepada pengikut-pengikutnya, ‘Itu adalah istana putih Muhammad!’  [Penggalan hadish shahih yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/338), Imam Hanbal (II/46 & I/47) dan Imam Al Hakim (IV/427 & 543)] Continue reading

1 Comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah, Sejarah

Kemenangan Yang Nyata

Hudaibiyah

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu ke jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat.” (QS Al Fath [48]:1-3)

Suatu saat di tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah Saw bermimpi memasuki Mekah dan bertawaf serta bercukur (bertahalul). Keesokan harinya, Nabi mengumpulkan para sahabatnya dan mengutarakan niatnya untuk pergi melaksanakan ibadah Umroh. Setelah persiapan dimatangkan dan segala daya upaya telah dilakukan dengan kesungguhan, Nabi dan rombongan sahabat berangkat menuju Mekkah. Perintah Nabi kepada para sahabatnya agar mereka tidak membawa senjata apapun, kecuali pedang yang ada disarungnya untuk menjaga diri. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah, Sejarah

Disentuh oleh Ujian

Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru kepada Rabb-nya: “Sesungguhnya aku telah disentuh kesulitan, sedang Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun  memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk peringatan bagi hamba-hamba Allah. (QS Al Anbiya’ [21]:83-84)

Seorang teman bertanya akan sebuah doa yang dapat menjadi pembebas dirinya dari ujian hidup yang sedang melanda. Ia merasa dunia ini terasa sempit baginya. Ia merasakan ujian demi ujian bagai air bah yang datang bertubi-tubi. Segala upaya untuk bangkit telah ia lakukan bahkan segala bentuk doa telah ia haturkan kehadirat Illahi Rabbi. Malam-malam terasa amat panjang baginya. Dalam linangan air mata ia berdoa. Dalam kepasrahan yang teramat pilu ia bersujud. Tapi semua itu seakan belum terjawab yang membawa perubahan akan keadannya. Ia masih terpuruk merasakan beban hidup memberati pundaknya yang ringkih menanggung beban. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Sejarah

Manusia Pilihan

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Para malaikat berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dimuka bumi itu orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al Baqarah [2]:30)

Seorang teman bertanya kepada hamba itu: “Apa yang menjadikan manusia itu layak menjadi khalifah (pemimpin) dimuka bumi?”

Dalam menjawab pertanyaan teman tersebut, hamba itu mengemukakan dua ayat Al Quran yang menjadi hakikat penciptaan manusia.

Yang pertama:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS Adh Dzaariyaat [51]:56)

Yang kedua:

“Dan Allah mengilhamkan kepda jiwa itu (jalan) kekufuran (keburukan) dan Ketaqwaan (kebaikan)” (QS Asy Syaams [91]:8)

Dari kedua ayat tersebut diatas, Allah Azza wa Jalla menghendaki seorang khalifah (pemimpin) dimuka bumi haruslah memiliki sifat-sifat yang baik (taqwa). Tidaklah dikatakan seseorang itu layak menjadi pemimpin jika ia tidak memiliki sejumputpun sifat kebaikan yang ada dirinya. Sifat-sifat kebaikan inilah yang mengantarkannya sukses untuk menjadi pemimpin. Seorang pemimpin akan lebih dikenang jika ia memiliki banyak sifat-sifat yang baik dalam dirinya. Bahkan seorang pemimpin dzalim sekalipun, oleh pengikutnya, ia akan selalu diingat  kebaikannya daripada keburukannya. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Sejarah

Panutan Zaman

“(Ibrahim berkata): ‘Ya Rabb ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh’. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) untuk berusaha bersamanya, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash Shaaffaat [37]:100-102)

Allah Azza wa Jalla mengabadikan sebuah dialog yang sungguh indah antara seorang bapak dengan anaknya. Seorang nabi yang Agung bergelar khaliullah (baca: kesayangan Allah) Ibrahim as dengan puteranya Ismail as yang ketika itu belum menjadi nabi. Sebuah dialog yang penuh dengan kasih sayang. Sang bapak memanggil anaknya dengan sebutan ‘ya bunnayya’ sebuah panggilan yang jika diterjemahkan mengandung nilai yang amat mulia dan dengan ruh kasih yang mengayomi. Bukan sebuah panggilan biasa ataupun panggilan yang menafikan kedudukan sang anak. Dan bukan pula panggilan yang menempatkan sang anak pada posisi dibawah sang ayah. Demikian juga sang anak memanggil sang bapak dengan sebutan ‘ya abati’ sebuah panggilan yang menempatkan sang ayah pada kedudukan yang sebenarnya. Panggilan yang penuh dengan rasa hormat dan ketundukan yang menyertai.

Pernahkah kita membayangkan betapa besarnya peristiwa yang mengiringi dialog pada ayat diatas? Sebuah peristiwa yang terus menjadi buah bibir dan panutan bagi siapapun yang datang sesudah mereka, baik bagi hamba Allah yang sedang berhaji maupun yang tidak diseluruh belahan dunia ini. Itulah peristiwa Qurban.

Dari penafsiran ayat QS Ash Shaafaat diatas, jelas terlihat bahwa penyampaian perintah untuk menyembelih (baca: berkurban) tidaklah didapat Nabi Ibrahim as melalui perantaraan wahyu Allah, tapi hanya berdasarkan mimpi. Allah mengabarkannya melalui mimpi yang berulang-ulang untuk menguji keta’atan nabi Ibrahim as dalam menjalankan perintah Allah Tabarakta wa Ta’ala. Setelah hatinya yakin, barulah nabi Ibrahim as mengabarkannya kepada sang anak. Ia mengajak anaknya untuk berdialog dan meminta pendapatnya sebelum memutuskan. Sungguh sebuah dialog yang indah dan jauh dari kesan arogan. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah, Sejarah