Monthly Archives: April 2012

Apakah Mereka Telah Zuhud?

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka, kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan dimuka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al Kahfi [18]:45-46)

Pertanyaan itu begitu memukaunya. Hamba itu terdiam sebentar tak mampu untuk menjawabnya. Jarang dalam suasana kehidupan seperti saat sekarang ini, pertanyaan itu muncul. Terlebih dari seseorang yang dikasihi dan telah bersama mengarungi kehidupan rumah tangga lebih dari sewindu. Sang penanya terlihat gundah dengan lingkungan tempat ia berpijak. Diantara teman-temannya, ia merasakan bahwa ‘Kebendaan’ dan ‘Pencapaian-pencapaian pribadi itu’ selalu menjadi topik pembicaraan yang tak habis-habisnya. Untuk itu ia bertanya,

“Bagaimana bersikap zuhud dalam lingkungan seperti ini? Disatu sisi kita harus selalu membina silaturrahim, sementara Rasulullah Saw mengajurkan kita untuk bersikap zuhud? Apakah kita harus menutup diri dan menghindar dari pergaulan yang dapat menjerumuskan kita pada kecintaan pada dunia ini? Bukankah sisi ‘modern’ dari sebuah kehidupan itu akan selalu bertumbukan dengan sisi ‘keimanan’ yang ada di hati kita? Bagaimana kita harus bersikap? Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia

Amalan Akhir Yang Menentukan

Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami, “Sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim ibu kalian, selama empat puluh hari berupa nutfah (sperma), lalu menjadi alaqah (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian Allah Azza wa Jalla mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan mencatat 4 (empat) perkara yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal, amal dan sengsara atau bahagianya. Demi Allah, Dzat yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya ada diantara kalian yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ujung jari), namun suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni neraka sebelum ajal menghampiri, maka ia pun masuk neraka. Sesungguhnya ada diantara kalian yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya sehasta. Namun suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni surga sebelum ajal menghampiri, maka ia pun masuk surga” (HR Bukhari dan Muslim)

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Mutiara Hadish

Harta Waris Seorang Hamba

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu (telah) menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS An Nisaa’ [4]:10)

Dalam sebuah diskusi setelah acara pengajian berlangsung, salah seorang anggota pengajian bertanya kepada hamba itu tentang masalah yang sedang dihadapinya. Ketika ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, sang Ibu enggan untuk membagi harta waris peninggalan suaminya tersebut kepada anak-anaknya sebagai ahli waris. Sang Ibu justru mengembangkan harta tersebut dalam berbagai bidang usaha. Dengan izin Allah, usaha yang semula sederhana,  berkembang pesat sehingga dapat menggandakan nilai asset sebelumnya. Selang beberapa lama, sang Ibu menghibahkan asset-asset tersebut kepada anak-anaknya. Sayangnya setelah beberapa tahun berlalu, asset-asset tersebut tidak berkembang seiring sejalan. Ada yang berkembang dengan pesat sehingga nilainya jauh melebihi asset-asset yang lain. Ada pula yang tidak berkembang sama sekali. Kenyataan ini bermuara pada timbulnya perselisihan diantara mereka ahli waris. Yang mendapat hibah asset yang tidak berkembang menuntut agar sang Ibu menghitung ulang segala apa yang telah ia hibahkan. Sedangkan yang memiliki asset berkembang, tidak rela dengan hal itu terjadi. Semakin lama perseteruan itu semakin memuncak dan membawa kegelisahan yang cukup dalam. Continue reading

3 Comments

Filed under Fiqih Muamalah

Filosofi Hidup Seorang Ibu

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS An Nisaa’ [4]:36)

Suatu ketika di tahun 1976, langkah seorang anak dan ibunya terhenti di depan etalase sebuah toko mainan. Penglihatan si anak tertuju pada sebuah mainan yang sangat menarik hatinya. Sang Ibu membiarkannya untuk melihat sepuasnya tanpa ingin mengajaknya masuk ke dalam toko tersebut. Timbul keinginan si anak untuk memintanya kepada sang Ibu, tapi ia amat mengerti keadaan keluarga mereka yang pas-pasan. Dalam usianya yang baru menginjak 7 tahun, si anak telah biasa hidup dalam keadaan prihatin. Ayahnya hanya seorang pegawai BUMN biasa dan peran sang Ibu dalam menanamkan dilai-nilai kesederhanaan selalu terpatri dalam benaknya. Ketika akhirnya sang Ibu mengajaknya untuk berlalu, si anak berkata kepada ibunya, Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia

Syarat Diterimanya Doa

Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda. “Sesungguhnya Allah Maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dia memerintahkan orang-orang mukmin sama seperti Dia memerintahkan para rasul-Nya. Dia berfirman, ‘Hai para rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS Al Mukminun:51). Dia juga berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik yang Kami berikan kepada kamu.’ (QS Al Baqarah:172). Lalu Rasulullah bercerita tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan yang jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor. Ia menadahkan kedua tangannya ke langit (seraya berdoa), ‘Ya Rabb….Ya Rabb’, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan barang yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan” (HR Muslim)
Dari kitab Arbain An Nawawiyah


Leave a comment

Filed under Mutiara Hadish