Tag Archives: Mendidik Anak

Menebar Kebaikan Berbalas Kebaikan

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.(QS. Fushilat [41] ayat 34-35)

Suatu hari puteri hamba itu mengadu kepadanya. Sang puteri mengaku bahwa telepon genggam-nya dalam keadaan rusak. Kejadian ini terjadi disekolah ketika jam istirahat sedang berlangsung. Tanpa sengaja seorang temannya bertubrukan dengannya yang mengakibatkan handphone yang sedang dipegangnya itu jatuh. Yang membuat semua ini menjadi runyam adalah layar sentuh handphone tersebut pecah dan harus diganti. Sang teman menjanjikan (walau dengan terpaksa) akan menggantinya.  

Dengan emosi yang tertahan, sang puteri menyampaikan bahwa temannya itu belum sanggup mengganti keseluruhannya. Ia akan mencicilnya. Sang puteri meminta izin meminjam dana kepada hamba itu sebagai ayahnya untuk mengganti layar handphone nya tersebut terlebih dahulu. Ia berjanji setelah lunas cicilan dari temannya itu, ia akan mengembalikannya.  Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah

Filosofi Hidup Seorang Ibu

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS An Nisaa’ [4]:36)

Suatu ketika di tahun 1976, langkah seorang anak dan ibunya terhenti di depan etalase sebuah toko mainan. Penglihatan si anak tertuju pada sebuah mainan yang sangat menarik hatinya. Sang Ibu membiarkannya untuk melihat sepuasnya tanpa ingin mengajaknya masuk ke dalam toko tersebut. Timbul keinginan si anak untuk memintanya kepada sang Ibu, tapi ia amat mengerti keadaan keluarga mereka yang pas-pasan. Dalam usianya yang baru menginjak 7 tahun, si anak telah biasa hidup dalam keadaan prihatin. Ayahnya hanya seorang pegawai BUMN biasa dan peran sang Ibu dalam menanamkan dilai-nilai kesederhanaan selalu terpatri dalam benaknya. Ketika akhirnya sang Ibu mengajaknya untuk berlalu, si anak berkata kepada ibunya, Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia