Category Archives: Fiqih Muamalah

Menebar Kebaikan Berbalas Kebaikan

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.(QS. Fushilat [41] ayat 34-35)

Suatu hari puteri hamba itu mengadu kepadanya. Sang puteri mengaku bahwa telepon genggam-nya dalam keadaan rusak. Kejadian ini terjadi disekolah ketika jam istirahat sedang berlangsung. Tanpa sengaja seorang temannya bertubrukan dengannya yang mengakibatkan handphone yang sedang dipegangnya itu jatuh. Yang membuat semua ini menjadi runyam adalah layar sentuh handphone tersebut pecah dan harus diganti. Sang teman menjanjikan (walau dengan terpaksa) akan menggantinya.  

Dengan emosi yang tertahan, sang puteri menyampaikan bahwa temannya itu belum sanggup mengganti keseluruhannya. Ia akan mencicilnya. Sang puteri meminta izin meminjam dana kepada hamba itu sebagai ayahnya untuk mengganti layar handphone nya tersebut terlebih dahulu. Ia berjanji setelah lunas cicilan dari temannya itu, ia akan mengembalikannya.  Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah

Kenapa Harus Bercerai?

images-45

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, Litaskunu Illaiha (agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya), dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah (kasih) dan rahmah (sayang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”  (QS Ar Rum [30]:21)

Seorang teman menghubungi beberapa hari yang lalu. Setelah 14 tahun usia perkawinan mereka dan telah dikarunia dua orang buah hati yang menjadi tumpuan kasih sayang mereka selama ini, mereka memutuskan untuk berpisah. Untuk mempermudah proses perceraian mereka, sang suami mengabulkan apapun yang mantan istri nya itu inginkan. “Aku sudah ikhlas”, Begitu katanya.

Continue reading

1 Comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah

Tempat Yang Diberkahi

“Dan berdoalah, ‘Ya Rabb, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.” (QS Al Mukminun [23]:29)

Seorang teman pernah bertanya kepada hamba itu, “Apakah yang paling kamu takutkan dalam hidupmu?”

Dengan santun hamba itu menjawab, “Aku takut akan lambatnya pertolongan Allah!”

Teman itu menampakkan raut wajah keheranan yang membutuhkan sebuah penjelasan lebih. Sang teman bertanya kembali, “Kenapa begitu? Bukankah sebagai seorang suami, kita masing-masing memiliki tanggungan istri dan anak-anak yang harus dicukupi kebutuhannya? Kita lebih pantas untuk takut jikalau kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi dan bekerja sekuat tenaga agar Allah membukakan pintu-pintu rezekinya buat kita?” Continue reading

2 Comments

Filed under Fiqih Muamalah

Harta Waris Seorang Hamba

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu (telah) menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS An Nisaa’ [4]:10)

Dalam sebuah diskusi setelah acara pengajian berlangsung, salah seorang anggota pengajian bertanya kepada hamba itu tentang masalah yang sedang dihadapinya. Ketika ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, sang Ibu enggan untuk membagi harta waris peninggalan suaminya tersebut kepada anak-anaknya sebagai ahli waris. Sang Ibu justru mengembangkan harta tersebut dalam berbagai bidang usaha. Dengan izin Allah, usaha yang semula sederhana,  berkembang pesat sehingga dapat menggandakan nilai asset sebelumnya. Selang beberapa lama, sang Ibu menghibahkan asset-asset tersebut kepada anak-anaknya. Sayangnya setelah beberapa tahun berlalu, asset-asset tersebut tidak berkembang seiring sejalan. Ada yang berkembang dengan pesat sehingga nilainya jauh melebihi asset-asset yang lain. Ada pula yang tidak berkembang sama sekali. Kenyataan ini bermuara pada timbulnya perselisihan diantara mereka ahli waris. Yang mendapat hibah asset yang tidak berkembang menuntut agar sang Ibu menghitung ulang segala apa yang telah ia hibahkan. Sedangkan yang memiliki asset berkembang, tidak rela dengan hal itu terjadi. Semakin lama perseteruan itu semakin memuncak dan membawa kegelisahan yang cukup dalam. Continue reading

3 Comments

Filed under Fiqih Muamalah

Sumber Kehancuran

Sebuah tulisan untuk seorang guru yang selalu menjadi inspirasi, Alm Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap

“Orang-orang yang makan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan Rabb-nya lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (kembali) pada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah [2]:275)

Seorang kerabat menghubungi hamba itu dan menyampaikan bahwa salah seorang kerabat mereka sedang tertimpa mushibah. Rumahnya terancam untuk disita oleh ‘institusi’ yang memberikan pinjaman modal kerja. Dalam tiga bulan terakhir ini, ia tak dapat lagi membayar cicilan pokok maupun bunganya yang menurut ukuran logika amat sangat keterlaluan. Ia dikenakan bunga sebesar 24% setahun atau sama dengan 2% per bulan. Continue reading

1 Comment

Filed under Fiqih Muamalah

Bukan Karena Mulia

“Adapun manusia apabila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kelapangan, maka dia berkata: “Rabb-ku  memuliakanku. Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: “Rabb-ku menghinakanku.” Sekali-kali tidak, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan, dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al Fajr [89]:15-20)

Seorang teman bercerita bahwa ia amat menikmati hidupnya saat ini. Ia memperoleh nikmat Allah berupa rezki yang mengalir tiada henti. Ia merasa bahwa kerja kerasnya selama ini terbalas sudah. Perjuangan hidup yang ia lalui dengan getir hampir tiada henti dibalasi Allah Azza wa Jalla dengan nikmat kelapangan yang membuat hatinya menjadi berbunga-bunga. Terucap sebuah kalimat dari lisannya, “Allah sayang kepadaku sehingga aku memperoleh apa yang aku nikmati saat ini.” Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah

5 Ujian Hidup Yang Selalu Menyertai

“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu dengan sedikit kegelisahan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah [2]:155)

Jika kita melihat ayat Allah diatas dengan seksama, dapat kita mengambil pelajaran bahwa ujian hidup yang selalu menyertai seorang hamba itu ada lima.

Yang pertama adalah kegelisahan (ketakutan). Kegelisahan selalu identik dengan sebuah peristiwa yang belum menghampiri kita atau belum terjadi sama sekali. Sebuah peristiwa yang ada di depan yang selalu kita harap-harap cemas dalam menunggu kedatangannya atau menantikan seperti apa wujud kejadiannya. Sesuatu yang sebenarnya diluar nalar dan pemahaman kita karena belum terjadi.

Yang kedua adalah kelaparan. Dalam hal ini kekurangan bahan makanan yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi kita mampu mengadakannya dengan harta yang kita miliki tapi bahan makanan itu tidak tersedia. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah