5 Ujian Hidup Yang Selalu Menyertai

“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu dengan sedikit kegelisahan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah [2]:155)

Jika kita melihat ayat Allah diatas dengan seksama, dapat kita mengambil pelajaran bahwa ujian hidup yang selalu menyertai seorang hamba itu ada lima.

Yang pertama adalah kegelisahan (ketakutan). Kegelisahan selalu identik dengan sebuah peristiwa yang belum menghampiri kita atau belum terjadi sama sekali. Sebuah peristiwa yang ada di depan yang selalu kita harap-harap cemas dalam menunggu kedatangannya atau menantikan seperti apa wujud kejadiannya. Sesuatu yang sebenarnya diluar nalar dan pemahaman kita karena belum terjadi.

Yang kedua adalah kelaparan. Dalam hal ini kekurangan bahan makanan yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi kita mampu mengadakannya dengan harta yang kita miliki tapi bahan makanan itu tidak tersedia.

Yang ketiga adalah kekurangan harta. Dalam hal ini tidak tercukupinya kebutuhan hidup sehari-hari karena kita tidak memiliki penghasilan ataupun penghasilan yang masih belum dapat mencukupi.

Yang keempat adalah kekurangan/kehilangan jiwa. Bisa jadi penyakit yang kita derita ataupun kehilangan orang-orang  yang kita sayangi.

Yang kelima adalah kekurangan buah-buahan. Buah-buahan disini dapat berarti sebuah tanaman yang kita semai bibitnya, kita tanam, kita pelihara setiap hari dengan menyiramnya dan memberinya pupuk. Tapi tanaman itu tidak berbuah seperti apa yang kita harapkan ataupun tidak berbuah sama sekali. Sebuah perumpamaan bagai sebuah cita-cita yang selama ini kita usahakan untuk mencapainya tapi pada akhirnya cita-cita itu harus pupus. Demikian juga anak-anak yang kita didik dan besarkan dengan susah payah. Berharap suatu saat kelak mereka menjadi seperti apa yang kita harapkan ternyata hal itu tidak menjadi kenyataan.

Allah Azza wa Jalla memilih kata-kata ‘Kami’ dan bukan ‘Aku’ dalam ayat-Nya yang telah disampaikan diatas, karena Allah ingin memberi informasi kepada hamba-hamba-Nya bahwa ada keterlibatan makhluk-makhluk-Nya dalam setiap ujian yang Dia tetapkan. Dalam hidup ini kita banyak berhubungan dengan manusia lain. Bukankah kegelisahan, kesedihan, kekurangan harta, dan hilangnya harapan dapat disebabkan orang-orang disekitar kita ? Demikian juga peran malaikat tidak dapat diabaikan dalam sebuah ujian Allah. Karena para malaikatlah yang berperan dalam menghijaukan ataupun mengeringkan bumi ini dengan air hujan yang turun. Demikian juga segala bencana yang datang menghampiri adalah perintah Allah kepada malaikat-Nya. Demikian juga para malaikat-Nya yang selalu mendoakan hamba-hamba-Nya yang sabar.

“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabb-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang berada di bumi. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Asy Syuura [42]:5)

Begitu Maha Adil dan Maha Penyantun Allah ‘Azza wa Jalla. Walaupun Dia Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, ketika sebuah peristiwa yang terjadi melibatkan para makhluk-Nya ia memilih kata ‘Kami’ daripada ‘Aku’.

Demikian juga dengan kata ‘sedikit’ pada ayat diatas. Kita harus menyadari bahwa setiap ujian yang Allah berikan itu hanya sedikit dan kita sangat mungkin untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang kita miliki untuk menyelesaikannya jauh melampaui apa yang diujikan kepada kita.

“Sesungguhnya, besarnya balasan sesuai dengan besarnya musibah. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka mereka akan diuji dengan berbagai musibah. Barang siapa yang ridha, maka dia akan mendapat ridha Allah. Dan barang siapa yang marah (atas apa yang menimpanya ), maka dia akan memperoleh murka Allah.”  (HR At-Tirmidzi)

 
Yang fakir kepada ampunan
Rabb-Nya Yang Maha Berkuasa
M. Fachri

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah

Leave a comment