Tag Archives: Harta

Harta Waris Seorang Hamba

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu (telah) menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS An Nisaa’ [4]:10)

Dalam sebuah diskusi setelah acara pengajian berlangsung, salah seorang anggota pengajian bertanya kepada hamba itu tentang masalah yang sedang dihadapinya. Ketika ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, sang Ibu enggan untuk membagi harta waris peninggalan suaminya tersebut kepada anak-anaknya sebagai ahli waris. Sang Ibu justru mengembangkan harta tersebut dalam berbagai bidang usaha. Dengan izin Allah, usaha yang semula sederhana,  berkembang pesat sehingga dapat menggandakan nilai asset sebelumnya. Selang beberapa lama, sang Ibu menghibahkan asset-asset tersebut kepada anak-anaknya. Sayangnya setelah beberapa tahun berlalu, asset-asset tersebut tidak berkembang seiring sejalan. Ada yang berkembang dengan pesat sehingga nilainya jauh melebihi asset-asset yang lain. Ada pula yang tidak berkembang sama sekali. Kenyataan ini bermuara pada timbulnya perselisihan diantara mereka ahli waris. Yang mendapat hibah asset yang tidak berkembang menuntut agar sang Ibu menghitung ulang segala apa yang telah ia hibahkan. Sedangkan yang memiliki asset berkembang, tidak rela dengan hal itu terjadi. Semakin lama perseteruan itu semakin memuncak dan membawa kegelisahan yang cukup dalam. Continue reading

3 Comments

Filed under Fiqih Muamalah

Bukan Karena Mulia

“Adapun manusia apabila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kelapangan, maka dia berkata: “Rabb-ku  memuliakanku. Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: “Rabb-ku menghinakanku.” Sekali-kali tidak, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan, dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al Fajr [89]:15-20)

Seorang teman bercerita bahwa ia amat menikmati hidupnya saat ini. Ia memperoleh nikmat Allah berupa rezki yang mengalir tiada henti. Ia merasa bahwa kerja kerasnya selama ini terbalas sudah. Perjuangan hidup yang ia lalui dengan getir hampir tiada henti dibalasi Allah Azza wa Jalla dengan nikmat kelapangan yang membuat hatinya menjadi berbunga-bunga. Terucap sebuah kalimat dari lisannya, “Allah sayang kepadaku sehingga aku memperoleh apa yang aku nikmati saat ini.” Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Muamalah