Keikhlasan dalam Beribadah

IMG_0389[1]

 

Rasulullah saw bersabda: “Ada sebagian hamba Allah, mereka bukan para rasul Allah ataupun nabi, juga bukan para syuhada, tapi dirindukan oleh para rasul Allah, para Nabi, dan para syuhada karena kedudukan mereka yang dekat dengan Allah di akhirat kelak.” Maka para sahabat nabi pun bertanya: “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah kemudian menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai disebabkan rahmat Allah, bukan dasar kerabat dan bukan karena harta yang mereka saling berikan. Demi Allah, wajah-wajah mereka begitu bercahaya bahkan sangat bercahaya. Mereka tidak takut disaat manusia takut dan mereka tidak sedih pada saat manusia lain sedih dalam menghadapi kesempitan dan kesulitan hidup. (HR At Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Hibban)

 

Ketika senja itu mulai tampak di Madinah, begitu juga dengan jajaran pergunungan Uhud yang mulai tampak memerah. Suatu pemandangan yang menakjubkan. Hamba itu teringat akan Rasulullah yang sering memandangi gunung Uhud ketika senja menerpa. Satu saat terlontar dari lisan Rasulullah shallahu alaihi wassalam, “Allah memuliakan gunung Uhud.” Rasulullah juga banyak memakai perumpamaan gunung Uhud untuk menjelaskan sesuatu mengenai harta ataupun balasan sedeqah.

Sore itu, beribu-ribu manusia berusaha memasuki Masjid Nabawi yang megah dan agung itu untuk beribadah. Tapi ada suatu kebiasaan yang saat ini tampak sering dilakukan oleh orang-orang yang akan memasukinya. Terutama Jemaah umroh dari Indonesia. Mereka tampak berfoto ria, melakukan selfie tanpa sungkan dan malu lagi. Tak peduli kumandang adzan telah mulai terdengar dari Muadzin masjid Nabawi yang terdengar syahdu di senja itu. Segelintir jemaah umroh asal Indonesia itu lebih sibuk dengan foto-foto yang dibuatnya dan seakan mereka tidak ingin kehilangan momen yang indah ini. Mereka langsung meng-upload-nya agar dapat menjadi bukti bahwa mereka telah menginjakkan kaki di masjid Nabi yang begitu agung.

Pernahkah kita merenung? Bukankah perjalanan umroh dan haji itu adalah sebuah perjalanan istimewa yang tidak dapat disejajarkan dengan perjalanan wisata ke manca negara lain? Alangkah amat naif nya kita. Sebuah perjalanan yang begitu agung kita menjadikannya amat biasa-biasa saja. Kita merusaknya dengan berfoto selfie ria bagai sebuah perjalanan yang tak bermakna apa-apa.

Ingatkah kita akan syarat diterimanya ibadah? Syaratnya adalah kita terbebas dari riya. Apa alasan kita untuk berfoto selfie?  Bukanlah hal ini agar kita ingin ‘pamer’ dekat dengan Allah Azza wa Jalla dan bersegera dalam beribadah kepadanya? Biaya umroh dan haji yang begitu besar terbuang sia-sia karena Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima ibadah yang masih bercampur dengan riya.

 

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.” (QS Al Anfal [8] ayat 47)

 

 

 

 

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah

Leave a comment