Mereka Menuduh Saya Syiah

“Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan duniawi. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran [3]:159)

Berita yang tidak mengenakkan ini berawal dari sebuah kiriman ‘inbox’  yang masuk beberapa waktu yang lalu. Dikirimkan oleh seseorang kepada hamba itu. Ia menyertakan tulisan (yang bukan tulisannya sendiri) mengenai kesesatan golongan syiah. ia menginginkan hamba itu untuk mem-posting nya untuk anggota eDakwah.  Hamba itu menolaknya. Inbox pertama disusul oleh inbox kedua dan seterusnya yang seluruh isi tulisannya (semuanya bukan tulisannya sendiri) berisikan hujatan dan kebencian terhadap golongan syiah. Ia berdalih bahwa penyampaian ini akan menyelamatkan akidah kita dari kesesatan dan sangat bermanfaat bagi anak-anak kita. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah

Surat Untuk Seorang Teman Amerika

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS Al Hajj [22]:78)

Seorang teman kuliah dahulu mengirim pesan lewat email. Ia dan hamba itu berteman baik ketika sama-sama mengenyam pendidikan di salah satu Universitas di kota Washington DC. Ia seorang Amerika tulen yang tidak menganut agama tertentu tapi memiliki seorang istri penganut Katholik yang taat. Sesekali ia mengirimkan pesan sekedar bertukar sapa. Hal ini telah terjadi lebih dari sepuluh tahun berselang.

Tidak seperti biasanya, kali ini ia terkesan amat marah dan mengecam tindakan segelintir orang-orang muslim Libya yang telah menewaskan seorang duta besar Amerika dan beberapa staff nya. “It’s outrageous this time!” Begitu pernyataannya dalam surat elektroniknya. Ia bertanya, apakah hamba itu sudah menonton film atau cuplikan film tersebut. Dan pertanyaannya yang kedua, apa tanggapan hamba itu tentang film yang sempat menghebohkan di YouTube yang menyebabkan kemarahan orang-orang muslim. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia

Rumah Allah

“Hanyalah yang memakmurkan rumah-rumah Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk yang mendapat petunjuk.” QS At Taubah [9]:18

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari hadish yang shahih, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menyampaikan bahwa salah satu dari tanda kedatangan hari kiamat adalah munculnya Dajjal. Salah satu pesan Nabi mengenai Dajjal adalah: “Dajjal tidak akan pernah dapat memasuki Mekkah dan Madinah. Dajjal hanya sampai ke gunung Uhud dan dari sana ia melihat ke arah masjid-Ku dan berkata kepada pengikut-pengikutnya, ‘Itu adalah istana putih Muhammad!’  [Penggalan hadish shahih yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/338), Imam Hanbal (II/46 & I/47) dan Imam Al Hakim (IV/427 & 543)] Continue reading

1 Comment

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah, Sejarah

Memahami Hidup

Alfin Toffler, seorang futuristic pernah mengajukan pertanyaan yang cukup menarik dalam sebuah bukunya, “Dapatkah orang hidup dalam suatu masyarakat yang lepas kendali?”

Saat ini disekeliling kita, dibelahan dunia manapun marak prilaku yang menghalakan segala cara untuk memperoleh kekayaan dan kedudukan yang nyaman bagi dirinya sendiri. Pertanyaan Toffler memang tidak jauh dari kenyataan terlebih dari begitu banyak kasus korupsi di negeri ini, dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang cenderung melakukan korupsi bukan karena ia dan keluarganya dalam keadaan “lapar” tapi lebih kepada mengejar “kemapanan” dalam hidupnya.

Mungkinkah ini sebuah pertanda akhir zaman yang diisyaratkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ,yang akan diawali dengan hura-hara yang kian lama kian terasa dalam nadi kehidupan kita?

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan tiba suatu masa dimana orang tidak peduli lagi terhadap apa yang ia peroleh, apakah haram atau halal.” (HR Bukhari)

Hendaklah kita belajar hidup dari seekor burung camar dalam gambar diatas. Salah satu kakinya buntung yang tidak memiliki telapak kaki. Ia tetap bersemangat menjalani hidupnya. Ia terbang kesana kemari di suatu pantai yang sepi kala musim dingin menerpa Australia. Bondi Beach nama pantai itu. Tak banyak yang dapat ia harapkan dari sisa-sisa makanan yang ditinggalkan pengunjung yang hanya segelintir di siang hari itu. Ia tetap bersemangat mencari karunia Allah. Dan yang amat mengaggumkan adalah ia hanya mencari untuk sekedar mengisi kekosongan perutnya yang amat sangat kecil dibandingkan lambung seorang manusia yang berpuluh kali. Setelah beberapa remah-remah makanan ia peroleh, ia terbang kembali dalam keadaan kenyang, mengisi hari-harinya yang tak pernah kita pahami untuk apa ia tujukan.

Dari Umar ibn Khattab ra., Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rezeki (oleh Allah Azza wa Jalla), sebagaimana seekor burung diberi rezeki. Ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 

Yang fakir kepada ampunan
Rabb-nya Yang Maha Berkuasa

M. Fachri

2 Comments

Filed under Akhlak Mulia

Jalan Taqwa

by DWH

Taqwa adalah sebuah predikat yang layak untuk disandang oleh orang-orang yang berpuasa. Tapi kenyataannya berkali-kali bahkan berpuluh kali kita telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan, tapi predikat itu belum juga layak untuk kita sandang. Apa yang menyebabkannya?

Ibnu Katsir menuturkan perbincangan dua orang sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam , yaitu Umar ibn Khattab ra dan Ubay bin Ka’ab ra. Umar bertanya kepada Ubay tentang taqwa. Ubay berkata, “Bukankah engkau pernah melewati jalanan yang banyak (pohon) berduri? Apa yang kau lakukan ketika itu?” Jawab Umar, “Aku berusaha keras dan sungguh-sungguh untuk menjaga diriku tidak terkena duri.” “Itulah taqwa”, kata Ubay.

Seorang yang bertaqwa adalah hamba Ar Rahman yang dekat dengan Allah dikala senang dan susah; Seorang hamba Allah yang selalu menyebarkan kedamaian di muka bumi ini dan selalu berusaha untuk tidak menimbulkan atau terlibat konflik dengan orang lain; Seorang yang bangun di tengah malam untuk beribadah kepada Al Mujib yang ia yakini akan mengabulkan segala doa yang ia panjatkan; Seorang yang selalu rindu kepada Rabb-nya dan gelisah karena lamanya penantian untuk bertatap muka dengan-Nya kelak. Ia menangis dalam kerinduannya dan tiada obat yang dapat mengobatinya; Seorang yang selalu bertaubat akan kesalahan-kesalahannya dimasa lalu; Seorang yang selalu menebarkan kebaikan bagi orang lain dan makhluk-makhluk Allah yang lain. Ia sadar bahwa ia hidup di dunia ini untuk berbuat kebaikan dan memberi manfaat bagi seluruh kehidupan; Seorang yang selalu jujur dalam hidupnya dan tidak pernah memberikan kesaksian palsu; Seorang yang jika diberi peringatan dengan ayat-ayat Allah, ia selalu tunduk dan patuh untuk mengikutinya; Dan seorang yang selalu berdoa untuk pasangan hidupnya dan keturunannya agar mereka menjadi penyejuk hati dan juga panutan bagi hamba Ar Rahman yang lain.

Demikianlah sifat-sifat hamba Ar Rahman yang bertaqwa yang tersebut dalam QS Al Furqan [25]:63-74. Sudahkah sifat-sifat tersebut bersemai dalam jiwa kita dan memancar dari diri kita? Semoga ibadah puasa Ramadhan kali ini dapat mengubah keadaan kita untuk mendapatkan predikat taqwa sesuai apa yang Allah Azza wa Jalla harapkan dari hamba-hamba-Nya: “…agar kamu bertaqwa.” (QS2:183)

Yang fakir kepada ampunan
Rabb-nya Yang Maha Berkuasa 
 

M. Fachri

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia

Pusaran Kebaikan

Dalam sebuah majelis ilmu, hamba itu ditanya oleh seorang teman yang menghadirinya, “Dalam hal akhlak mulia, adakah hadish yang paling utama yang dapat kita jadikan pegangan dalam menjalani kehidupan agar kita selalu berada pada ridha-Nya Allah?”

Hamba itu teringat akan sebuah buku yang ditulis oleh seorang ulama besar beberapa abad lalu, Imam Nawawi, dalam bukunya ‘Arba’in An-Nawawiyah‘. Ia menyinggung dalam bukunya tersebut empat hadish yang merupakan ‘Pusaran Kebaikan’ bagi setiap amal yang dilakukan di dunia ini yang berdasarkan pada pendapat seorang ulama yang bernama Abu Muhammad Abdullah Ibnu Abi Zaid. Continue reading

Leave a comment

Filed under Akhlak Mulia, Mutiara Hadish

Sebuah Pagelaran yang Menuai Perselisihan

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benar kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al Ankaabut [29]:64)

Seorang ibu menulis di status jejaring sosialnya, “Ya Allah berilah anakku kesempatan untuk menonton konser Lady Gaga, jangan Engkau biarkan ia kecewa tidak dapat menonton apa yang ia idolakan selama ini!”

Seorang teman bercerita ia telah membeli tiket konser Lady Gaga untuk dirinya, istrinya dan ketiga anaknya. Ia menghabiskan beberapa juta Rupiah untuk membelinya yang setara dengan jumlah dana yang dibutuhkan untuk menghidupi 4 keluarga miskin yang terdiri dari suami istri dan dua orang anak dalam satu bulan.

Seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 5 SD menulis sebuah note di jejaring sosialnya yang ia ‘Copas’ dari seseorang yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Seseorang yang berasal dari sebuah negeri kampiun demokrasi dunia. Ia membeberkan kebaikan (baca: amal) yang telah dilakukan Lady Gaga. Ia menulis dalam bahasa Inggris: ‘She is crying and praying at the backstage of her tour. She created a foundation against bullying. She celebrated Thanksgiving day with children from a Catholic school. She raised money for Japan dan Haiti after the earthquakes. She joined MAC to support people who are living with AIDS/HIV……..AND YOU STILL CALLED THIS WOMAN THE DEVIL?’ Continue reading

9 Comments

Filed under Akhlak Mulia, Fiqih Ibadah

Pegangan dalam Berjalan

Umar Ibn Khattab ra berkata, “Suatu hari, kami duduk dekat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam , tiba-tiba muncul seorang laki-laki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya hitam legam. Tak terlihat tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Ia duduk di depan Nabi, lututnya menyentuh lutut Nabi, dan kedua tangannya diletakkan di paha Nabi sembari berkata, ‘Hai Muhammad, beritahu aku tentang Islam.’ Rasulullah menjawab, Islam itu engkau bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Rasul Allah, melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu’. Laki-laki itu berkata, ‘Benar’. Kami heran kepadanya; Bertanya, tapi setelah itu membenarkan jawaban Nabi. Ia bertanya lagi, ‘Beritahu aku tentang iman.’ Nabi menjawab, ‘Iman itu adalah engkau beriman pada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan qadha dan qadar (takdir).’ Ia berkata, ‘Benar’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Beritahu aku tentang Ihsan’. Nabi menjawab, ‘Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, walaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.’ Laki-laki itu bertanya kembali, ‘Beritahu aku kapan datangnya hari kiamat.’ Nabi menjawab, ‘Yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.’ Ia bertanya lagi, ‘Beritahu aku tanda-tandanya!’ Nabi menjawab, ‘Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, orang yang bertelanjang kaki dan tidak memakai baju (orang miskin), dan pengembala kambing saling berlomba mendirikan bangunan megah.’ Kemudian laki-laki itu pergi. Aku diam beberapa waktu. Setelah itu Nabi bertanya kepadaku, ‘Hai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Nabi bersabda, ‘Dia itu Jibril, datang untuk mengajarkan Islam kepada kalian.” (HR Muslim)

Leave a comment

Filed under Mutiara Hadish

Tempat Yang Diberkahi

“Dan berdoalah, ‘Ya Rabb, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.” (QS Al Mukminun [23]:29)

Seorang teman pernah bertanya kepada hamba itu, “Apakah yang paling kamu takutkan dalam hidupmu?”

Dengan santun hamba itu menjawab, “Aku takut akan lambatnya pertolongan Allah!”

Teman itu menampakkan raut wajah keheranan yang membutuhkan sebuah penjelasan lebih. Sang teman bertanya kembali, “Kenapa begitu? Bukankah sebagai seorang suami, kita masing-masing memiliki tanggungan istri dan anak-anak yang harus dicukupi kebutuhannya? Kita lebih pantas untuk takut jikalau kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi dan bekerja sekuat tenaga agar Allah membukakan pintu-pintu rezekinya buat kita?” Continue reading

2 Comments

Filed under Fiqih Muamalah

Usia

Dalam sebuah kesempatan, sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Mu’az bin Jabbal ra bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa bulan diawali dengan bentuknya yang sabit, kemudian membesar menjadi purnama, lalu mengecil hingga sirna dari pandangan?” Nabi lama terdiam hingga turunlah ayat Al Quran: “Katakanlah, hal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” (QS Al Baqarah [2]: 189)

Seolah jawaban yang diberikan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan wahyu yang diturunkan tidaklah tepat karena tidak memiliki korelasi yang jelas antara bentuk bulan dan tanda-tanda waktu bagi manusia. Tetapi jika kita cermati lebih dalam, kehidupan yang harus dilalui oleh setiap hamba Allah adalah bagaikan tahapan perjalanan bentuk bulan tersebut. Continue reading

4 Comments

Filed under Akhlak Mulia